Sabtu, 22 Januari 2011

Aliran Sesat Yang Menyesatkan Orang Lain

Alasan mengapa suatu golongan dikategorikan “sesat” sering kali tidak didasarkan pada landasan argumentasi yang memuaskan. Bisa saja suatu golongan dicap sesat hanya karena pandangan mereka “berbeda” dari anutan mayoritas. Dalam hal ini yang berbicara sudah bukan lagi nalar dan dalil, tetapi selera pribadi belaka.

Pada zaman dahulu, Nabi Nuh telah dicap sesat oleh pemuka-pemuka kaumnya ketika beliau menyampaikan pesan-pesan Tuhan. Pada masa sekarang kejadiannya tetap sama. Seorang rasul yang menyampaikan ayat-ayat Tuhan dipastikan mendapat label “sesat” dari masyarakat.

“Telah berkata pemuka-pemuka dari kaumnya, ‘Sesungguhnya kami melihat kamu dalam kesesatan yang nyata.’ Berkata (Nuh), ‘Wahai kaumku, tidaklah aku dalam kesesatan, dan tetapi aku (adalah) utusan dari Tuan semesta alam. Aku menyampaikan kepadamu pesan-pesan Tuanku, dan aku menasihati kamu, dan aku mengetahui dari Tuhan apa yang tidak kamu ketahui’.” (Quran 7:60-62)

Di akhirat nanti, mereka yang melontarkan kecaman “sesat” terhadap para penyampai peringatan Tuhan akan mengakui perbuatan mereka. Sayangnya, pengakuan mereka di dalam kobaran api itu sudah tidak ada gunanya lagi.

“Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar padanya (suara) yang bergemuruh, dan ia menggelegak, ia hampir-hampir terpecah karena marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan, bertanyalah kepada mereka penjaga-penjaganya, ‘Apakah belum pernah datang kepadamu seorang pemberi peringatan?’ Mereka berkata, ‘Benar, sungguh telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, lalu kami mendustakan dan kami mengatakan, ‘Tiadalah Tuhan menurunkan sesuatu, kamu hanyalah dalam kesesatan yang besar’.” (Quran 67:7-9)

Sebagaimana utusan Tuhan, orang-orang beriman yang mengikutinya pun akan menjadi bahan tertawaan dan olok-olokan serta dikecam “sesat”. Hal yang diceritakan Tuhan ini sepatutnya menjadi renungan bagi orang-orang yang mau menggunakan akalnya. Ketika suatu golongan dituding “sesat”, evaluasilah dengan saksama dalil-dalil dari pihak yang menuduh maupun pihak yang dituduh. Bukan tidak mungkin mereka yang dianggap sesat itulah orang-orang beriman yang sesungguhnya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa telah menertawakan orang-orang yang percaya. Apabila mereka (orang-orang berdosa) melewati mereka (orang-orang yang percaya) itu, mereka saling mengedipkan mata. Dan apabila mereka telah balik kepada keluarga mereka, mereka balik dengan riang gembira. Dan apabila mereka (orang-orang yang berdosa) melihat mereka (orang-orang yang percaya) itu, mereka berkata, ‘Sesungguhnya mereka itu sungguh orang-orang yang sesat!’” (Quran 83:29-32)

Terlepas dari kategori “sesat” yang diada-adakan oleh manusia berdasarkan keinginannya, Tuhan di dalam kitab-Nya telah menetapkan beberapa kriteria manusia yang tergolong “sesat”. Siapa yang masuk ke dalam kriteria “sesat” versi Tuhan, mereka inilah orang sesat yang sebenar-benarnya.

Kriteria-kriteria “sesat” berdasarkan kitab Tuhan adalah sebagai berikut:

Pertama, “menyekutukan sesuatu dengan Tuhan”.

“Sesungguhnya Tuhan tidak mengampuni bahwa dipersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni apa yang selain itu kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang menyekutukan (sesuatu) dengan Tuhan, maka sungguh dia telah tersesat (dengan) kesesatan yang jauh.” (Quran 4:116)

Sebagian besar kaum Nasrani telah mempertuhankan Nabi Isa (Yesus). Sebagian besar umat Islam mempertuhankan para “alim-ulama” dengan berkhidmat kepada ajaran mereka dan meninggalkan ajaran Tuhan. Ada pula manusia yang mengabdi kepada jin, atau menyembah matahari serta patung-patung. Semua itu adalah perilaku menyekutukan sesuatu dengan Tuhan, dan masuk ke dalam kategori sesat.

Ke dua, “menyanggah Tuhan dan utusan-Nya”.

“Dan tiadalah (bagi) lelaki yang beriman, dan tiadalah (pula) (bagi) perempuan yang beriman, apabila Tuhan dan utusan-Nya telah menetapkan (sesuatu) perkara, bahwa akan ada bagi mereka pilihan dalam perkara mereka. Dan barang siapa yang menyanggah Tuhan dan utusan-Nya, maka sungguh dia telah sesat (dengan) kesesatan yang nyata.” (Quran 33:36)

Tuhan telah menetapkan kata-kata kebenaran bahwa utusan-Nya harus dipatuhi. Siapa yang mematuhi utusan, maka sesungguhnya dia telah mematuhi Tuhan. Mereka yang—dengan berbagai dalih—menyalahi apa yang telah diputuskan oleh utusan, sebenarnya telah terjerumus ke dalam kesesatan.

Ke tiga, “mengharamkan apa yang Tuhan rezekikan”.

“Sungguh telah rugi orang-orang yang telah membunuh anak-anak lelaki mereka (dalam) kedunguan tanpa pengetahuan, dan mereka mengharamkan apa yang telah Tuhan rezekikan (kepada) mereka (dengan) mengada-ada atas Tuhan. Sungguh mereka telah sesat, dan tiadalah mereka tertunjuki.” (Quran 6:140)

Tuhan di dalam Quran ayat 5:3 telah menguraikan apa-apa saja yang diharamkan-Nya, yaitu: bangkai, darah, daging babi, apa-apa yang dilafalkan kepada selain Tuhan, yang dicekik, yang dipukul, yang jatuh lalu mati, yang ditanduk, yang dimangsa binatang buas kecuali sempat disembelih, dan yang disembelih di atas altar.

Ada manusia yang mengada-ada hukum dengan mengharamkan yang selain dari apa-apa yang telah diharamkan Tuhan tersebut. Mereka mengharamkan binatang yang hidup di dua alam, binatang bertaring, burung berkuku tajam, dan keledai. Mereka ini telah sesat.

Ke empat, “mengubahi ciptaan Tuhan”.

“Dan sungguh aku (setan) akan menyesatkan mereka, dan sungguh aku akan memenuhi mereka dengan khayalan, dan sungguh aku akan memerintahkan mereka, maka mereka sungguh akan memotong telinga binatang ternak. Dan sungguh aku akan memerintahkan mereka, maka sungguh mereka akan mengubahi ciptaan Tuhan....” (Quran 4:119)

Bentuk tindakan mengubahi ciptaan Tuhan yang paling dekat dengan kehidupan kita adalah khitan (sunat). Ritual berdarah tersebut tidak pernah diperintahkan Tuhan. Kulit khitan adalah bagian dari “standar desain” penciptaan manusia, dan bukan suatu kelainan yang patut dibuang. Tuhan telah sengaja menciptakan kulit khitan itu untuk fungsi tertentu bagi kesempurnaan makhluk ciptaannya yang bernama manusia.

Ke lima, “meragukan peristiwa kehancuran alam semesta”.

“Orang-orang yang tidak mengimaninya minta disegerakan. Dan orang-orang yang beriman berawas-awas padanya, dan mengetahui bahwa ia (adalah) kebenaran. Tidakkah sesungguhnya orang-orang yang meragukan jam itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh?” (Quran 42:18)

Momen kehancuran alam semesta yang diiringi dengan berbangkitnya seluruh manusia dan tegaknya pengadilan Tuhan adalah kepastian yang telah berulang-ulang diperingatkan Tuhan di dalam kitab-Nya.

Ada orang yang menyangkal peringatan Tuhan itu dengan mencari-cari panafsiran yang sesuai dengan keinginannya. Bagi mereka, bangkitnya kembali manusia yang telah mati dan hancur terurai tidak lebih dari sebuah dongeng. Jika utusan Tuhan mengingatkan mereka tentang momen tersebut, mereka yang ingkar malah menantang agar peristiwa dahsyat itu segera didatangkan. Mereka ini adalah orang-orang yang sesat.

Ke enam, “menyeru kepada selain Tuhan”.

“Dan siapakah yang lebih tersesat daripada orang yang memanggil selain dari Tuhan, yang tidak akan menyahutinya hingga hari penegakan, sedangkan mereka pada pemanggilan mereka lengah?” (Quran 46:5)

Kemurnian penghambaan mensyaratkan bahwa kita tidak berdoa kepada selain Tuhan. Sebagian besar manusia dari berbagai agama telah melafalkan nama lain selain dari nama Tuhan, yaitu “Amin/Amen/Aum”, di dalam doa mereka. Memanggil nama-nama tersebut adalah bentuk kesesatan.

Ke tujuh, “berkasih sayang dengan mereka yang memusuhi utusan Tuhan dan orang-orang beriman”.

“Wahai orang-orang yang percaya, janganlah mengambil musuh-Ku dan musuhmu (sebagai) sahabat yang kamu menyampaikan kepada mereka kasih sayang, padahal sungguh mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepada kamu itu. Mereka mengusir utusan dan kamu karena kamu percaya kepada Tuhan, Tuan kamu. Jika kamu keluar untuk berjuang di jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah berbuat demikian). Kamu merahasiakan kasih sayang kepada mereka itu, sedangkan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa yang berbuat demikian itu dari (antara) kamu, maka sungguh dia telah sesat (dari) jalan yang lurus.” (Quran 60:1)

Sesungguhnya iman itu menghadirkan “pemisah” (furqan) antara yang benar dan yang salah. Kita harus mengambil sikap tegas dan tidak mendua hati apabila menetapkan diri pada kebenaran.

Ketika menceritakan tentang “golongan Tuhan” di dalam ayat 58:22, Tuhan mendeskripsikan bahwa mereka itu tidak berkasih sayang dengan orang-orang yang ingkar, meskipun orang-orang yang ingkar itu adalah orang tua, anak, saudara, atau kerabat mereka sendiri. Demikian itulah sikap orang beriman yang sejati. Siapa yang tetap berkasih sayang dengan mereka yang memusuhi utusan Tuhan dan orang-orang beriman, sungguh telah jatuh kepada kesesatan.

Semoga pembahasan ini membuka wawasan kita dalam memaknai istilah “sesat”. Kriteria-kriteria “sesat” yang dipaparkan di sini gunakanlah untuk menilai diri sendiri terlebih dahulu. Jangan sibuk menuding orang lain sesat, tetapi tidak sadar bahwa diri sendiri yang rupanya telah sesat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar