Sabtu, 22 Januari 2011

KETIKA ULAMA DAN UMARO SAMA SAMA ( SAMA SAMA BERBOHONG )

Pernah dalam satu episode perjuangan bangsa lahir gagasan untuk mendirikan negara berdasarkan agama Islam, Gagasan ini tidak mendapatkan persetujuan oleh para pendiri bangsa karena pluralitas bangsa. Kompromi politik yang dapat disepakati adalah Negara berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945.
Gagasan mendirikan Negara Islam Indonesia oleh sebagian orang dan kelompok tertentu tidak pernah padam, kendati mayoritas warga bangsa dan umat Islam Indonesia telah menerima Pancasila dan UUD 1945 sebagai Dasar Negara, paham dan gerakan ini terus muncul walaupun telah ditumpas dengan operasi militer pada tahun 1962. Pada tahun tahun berikutnya  terus muncul gerakan yang berkaitan dengan NII seperti Komando Jihad, pembajakan Woyla,  Talangsari Lampung dan akhir akhir ini muncul gerakan bawah tanah yang disebut Al-Jamaah al Islamiyah (JI), dan pelaku terorisme juga berindikasi melibatkan banyak orang yang berasal dari kelompok NII
Banyak bukti telah ditemukan akan adanya gerakan bawah tanah tersebut yang terus memelihara dan mengembangkan pemikiran NII dan praktik praktik yang menyimpang dari ajaran Islam, korban pun terus berjatuhan, terutama dari kalangan generasi muda, pelajar dan mahasiswa  yang direkrut oleh gerakan yang mengatasnamakan NKA/NII KW-9. Makin banyaknya jatuh korban ditengah masyarakat berupa prosesi perpindahan kewarganegaraan, pembaiatan dan, menjadi fitnah besar bagi umat Islam. Ini sesungguhnya adalah tragedi kemanusiaan dan kemerosotan ideologis bagi bangsa Indonesia.
Belum ada pemikiran dan tindakan yang komprehensif menyelesaikan permasalahan bangsa dan umat terkait dengan gerakan NII KW-9, walaupun telah diusahakan oleh beberapa kelompok kecil bangsa. NII KW-9 telah menjadi wabah virus yang mampu melumat siapa saja, dimana dan kapan saja. Kesempurnaan system, SDM yang loyal dan disiplin,  manajerial yang profesional, terutama dukungan dana yang besar dan pembiaran aparat keamanan membuat gerakan ini membabi buta tanpa hambatan dengan mudah sekali merekrut banyak korban.
Adanya Perlawanan sporadis dari segelintir anak bangsa, baik oleh kalangan kampus dan kelompok kecil masyarakat harus menjadi titik awal untuk menyatukan seluruh kekuatan elemen bangsa, baik pemerintah dan masyarakat, baik Polri dan TNI bersatu dalam satu komitmen, Selamatkan NKRI, Tumpas Gerakan NII KW-9/Ma’had Al Zaytun, hentikan jatuh korban mulai detik ini.



Permasalahan
  1. Bagaimana kita menyikapi persoalan kebangsaan dan keumatan ini agar tidak ada lagi praktik Negara dalam Negara, tidak ada kebohongan atas penipuan atas nama agama, apakah kita serahkan saja kepada keputusan sejarah atau kita serahkan kepada Negara ?
  2. Temuan Tim Investigasi MUI Pusat dan Balitbang Departemen Agama serta Institusi Badan Intelejen Keamanan Mabes Polri sesungguhnya sudah senada dan seirama, namun sangat disayangkan bunyinya nyaris tak terdengar, dibungkam dan dipetieskan. Padahal laporan masyarakat dan media masa secara fulgar dan jelas membeberkan semua kejahatan atas nama NII dan Ma’had Al Zaytun. Kita menyayangkan adanya oknum pimpinan di institusi tersebut yang secara sadar dan terbuka justru bersikap ambivalen, tebang pilih dan kontra terhadap komitmen kebangsaan.
  3. Sungguh sangat disayangkan bilamana kelak anak cucu kita menuliskan satu kalimat, “Ketika Ulama dan Umara ‘sama-sama’ Berbohong”  Yang memilukan dalam kasus ini bukanlah banyaknya jatuh korban dari generasi muda, justru merekalah yang  harus diselamatkan dan dikembalikan ke dalam pangkuan Ibu Pertiwi, tapi yang memilukan dan menjadi Tragedi Besar Bangsa ini, adalah ketika bangsa ini  kehilangan sensitifitas, kesetiakawanan dan solidaritas. Tanpa kekuatan tersebut ‘omong kosong kita bicara ‘persatuan dan kesatuan’ Munafiq ketika Ulama mengkampanyekan ‘Ukhuwah Islamiyah’ atau Semangat Persaudaraan. Apakah NKRI saat ini sedang sangat rapuh dan nyaris kalah?
Segera terbit Buku baru Oleh NCC
Semoga penerbitan  Buku saku  ini diharapkan menjadi sosialisasi dikalangan sekolah dan kampus, sebagai ‘warning’ atas  gerakan NII KW-9 untuk mempersempit ruang gerak dan meminimalisasi jatuhnya banyak korban, hingga pada waktunya bisa melahirkan petisi atau resolusi dalam agenda aksi atas nama masyarakat madani untuk selanjutnya ada proses penegakan hukum dan politik tentang gerakan Negara Dalam Negara yang sudah banyak menelan korban generasi muda, pelajar dan mahasiswa pada 20 tahun terakhir ini.

Rasul Suci dari Dosa ? Pengakuan orang yang mengaku Rasul

Seseorang berinisial GSS pada tanggal 14 Maret 2010 telah meninggalkan komentar berikut di Facebook page Sakti A Sihite: “Apakah anda bersih dari dosa sampai anda beranggapan bahwa diri anda adalah rosul Allah?”

Pertanyaan dari GSS itu berangkat dari persepsi yang salah tentang latar belakang pengakuan kerasulan. Klaim kerasulan itu bukan dilatarbelakangi oleh inisiatif pribadi. Bukan karena misalnya merasa suci, atau merasa mulia, atau merasa hebat lalu saya mengklaim diri sebagai rasul.

Tidak ada suatu perbuatan, atau keahlian, atau prestasi yang bisa dijadikan dasar bagi seseorang untuk mengklaim dirinya sebagai rasul!

Saya menyatakan diri saya sebagai rasulullah berdasarkan wahyu kerasulan yang saya terima.

Jadi, kalaupun misalnya Tuhan mengkondisikan saya menjadi pribadi yang bersih dari dosa, saya tetap tidak akan mengklaim diri saya sebagai rasul kecuali ada wahyu kerasulan yang saya terima.

Karunia kerasulan itu sendiri adalah hak prerogatif Tuhan yang diberikan-Nya kepada siapapun yang Dia kehendaki. Keputusan Tuhan tentunya tidak bisa ditakar dengan pengetahuan manusia yang sangat terbatas.

Coba ingat kisah Nabi Musa. Status beliau sebelum dilantik menjadi rasul adalah buron kasus pembunuhan. Beliau melarikan diri ke Madyan setelah memukul seorang Qibti hingga tewas.

Apakah lantas Nabi Musa tidak layak menjadi rasul? Siapakah yang berhak menyatakan tidak layak atas pilihan Tuhan?

Pada kenyataannya, manusia yang “suci dari dosa” itu tidak pernah ada. Nabi Muhammad sekalipun, yang oleh sebagian besar umat Islam diimajinasikan sebagai pribadi suci, beberapa kali ditegur Tuhan (baca Quran 66:1, 80:1-10).

Berhentilah mengaitkan nabi/rasul dengan imajinasi-imajinasi melangit yang tidak realistis! Rasul juga manusia yang tidak luput dari dosa dan kesalahan.